Sejak awal januari 2011 ibuku batuk-batuk padahal diobatin dgn antibiotik (karena sebelomnya mengidap asma) tidak kunjung reda, alhasil akhir bulan januari 2011 dia terbaring lemas di ranjang, tidak bisa makan banyak karena mual dan muntah-muntah.
Pada tanggal 25 januari 2011 pagi jam 07.00 WIB, ayah saya pikir dia tertidur.. dan entah kenapa saya ingin melihat ke kamar dia, betapa kagetnya saya ternyata dia sudah pingsan tak sadarkan diri dan buang air besar, serentak saya kaget dan telp ayah untuk segera pulang.
Saya berpikir secepatnya musti dilarikan ke UGD terdekat, dan ternyata hampir saja tidak tertolong karena tekanan darah sudah 60/40. Saya putuskan untuk dirawat di HCU RS Pakuwon Sumedang. Kata dokter ibu saya terjadi infeksi berat di bagian paru-paru. Semenjak itu antibiotik infus diberikan sambil menstabilkan keadaan ibu saya.
Pada tanggal 25 januari 2011 dokter memperbolehkan pulang karena penyakitnya dinyatakan sudah membaik, tp saya aneh koq udah normal tp belom bisa bernafas lega/panjang spt biasanya. Hasil sementara dari RS Pakuwon Sumedang terditeksi adanya diabetes yang tidak terkontrol dan infeksi
paru-paru saja.
Pada tanggal 27 januari 2011 saya dan keluarga memutuskan untuk melarikan kembali ibu saya ke RS di
Bandung karena melihat kondisinya malah tambah memburuk setelah pulang dari RS Pakuwon Sumedang. Sebelomnya saya sempat konsultasi ke dokter Benjamin, karena saya pikir perlu penanganan seorang dokter ahli paru-paru. Dan dokter menyarankan untuk rawat inap kembali, karena RS Borromeus full
maka saya pilih RS Advent Bandung saja, dari hasil perawatan diditeksi adanya infeksi jamur di kulit dan paru-paru lewat darah.
Pada tanggal 7 pebuari 2011 saya coba pindahkan rawat inapnya ke RS Borromeus. Hasil penangan medis ibu saya di infus dgn antibiotik kembali karena lekosit (23.000-an) sudah tinggi kembali padahal selang beberapa hari saja, hal ini karena terjadi infeksi kembali. Ketika ibu saya memilih pulang (karena tidak ada kemajuan), saya binggung karena kaki mendadak kesemutan/pegal/linu dan tidak bisa jalan.
Saya berinisiatif untuk menghubungi dokter ahli saraf dan dokter menyarankan untuk MRI dan
alangkah kagetnya dari hasil MRI didapat dua ruas tulang belakang sudah rusak karena TBC Tulang.
Dokter menyarankan untuk operasi tulang belakang, tp mengingat usia dan komplikasi penyakit yang
diderita ibu saya, saya coba pikirkan dulu. Disamping sudah keterbatasan dana, hasil operasi itu pun tidak bisa menjamin ibu saya bisa jalan kembali dan yang terpenting dgn operasi 4 jam s/d 7 jam ini apakah ibu saya bisa melewati masa kritis ini?
Hari demi hari dilewati bersama ibu tercinta kami dirumah, cuma campur tangan Tuhan dan doa saja.
Saat ini ibu tercinta kami hanya bisa terbaring dan menangis. Saya percaya mujizat itu pasti terjadi, saat ini kami hanya berserah kepada Tuhan dan berdoa, sambil tetap berusaha mencari alternatif
pengobatan tanpa operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar