block in all....(1)
pass in all.....(2)
Pertama akan dijalankan rule (1), setelah itu rule (2). Jadi otomatis hasilnya rule (2) alias paket boleh masuk. Rule2 yg bertumpuk seperti. Misalnya:
block in all....(1)
block in all....(2)
block in all....(3)
block in all....(4)
block in all....(5)
pass in all.....(6)
Rule (1) s/d (4) tidak ada faedahnya. Dengan quick
kita dapat meyederhanakan rule2 kita. Misalnya:
block in quick all...(1)
pass in all..........(2)
Bisa kita artikan rule (1) akan dilihat pertama, selanjutnya ipf melaksanakan ketentuan semua rule tsb sampe selesai baru rule (2). Penulisan subnet IP yg diperbolehkan adalah 255.255.0.0
atau /16
. Misalnya:
block in quick from 192.168.0.0/16 to any
atau
block in quick from 192.168.0.0/255.255.0.0 to any
Kita dapat mengunakan keyword on
untuk menspesifikan interface yg kita pake. Misalnya:
block in quick on xl0 all
atau
block in quick on xl0 from 192.168.0.0/16 to any
Kita dapat menentukan juga outgoing paket dng nama keyword out
. Misalnya:
pass out quick on xl0 from 192.168.0.0/16 to any
Jika kita ingin melogkan apa yg terjadi, maka ada baiknya kita gunakan keyword log
. Misalnya:
block in log quick on xl0 from 192.168.0.0/24 to any
Keyword proto
dapat kita gunakan untuk menspesifikan protocol yg kita pake berikut dengan tipe protocolnya. Backslash (\
) dapat kita pake untuk menyambung perintah pada line berikutnya. Misalnya:
block in log quick on xl0 proto icmp from any to any
atau
pass in quick on xl0 proto icmp from any to 192.168.0.0/24 \
icmp-type 0
Pengunaan keyword port
lebih menitik beratkan kepada port yg dilalui. Misalnya:
block in log quick on tun0 proto tcp from any to \
192.168.0.0/24 port = 22
Untuk membangun rule2 yg sangat kuat ada baiknya kita kompile kernel dengan default deny all
, shg kita list rule yg kita perlu (This my fav). Kita mulai dengan rule deny
kayak gini. Misalnya:
block in all
block out all
Nah baru kita listing rule2 yg diperbolehkan. Misalnya:
pass in quick on xl0 proto tcp from any to 192.168.0.1/24 \
port = 80
Arti rule tsb adalah membolehkan paket yg masuk di ethernet xl0 dengan jenis protocol tcp dari mana saja ke
192.168.0.1/24
lewat port 80 (www)
. Jika ada respon dari 192.168.0.1/24
akan tetep ditolak juga, maka agar terjadi komunikasi (tidak pincang) maka kita listing juga rule sebaliknya. Misalnya:
pass out quick on tun0 proto tcp from 20.20.20.1/32 \
port = 80 to any
Ada keyword yg sangat menarik disini yaitu
keep-state
, jika rule kita dibubuhi keep-state
ini berati rule tersebut dah masuk ke state table ipf
, sehingga ipf
tidak perlu lagi mengecek ulang validasi rule tersebut alias jika terjadi handshake
di kemudian hari ipf
akan langsung mengijinkan masuk. Misalnya:
pass out quick on xl0 proto tcp from 192.168.0.1/24 to any \
keep state
Artinya adalah mengijinkan paket yg keluar di
xl0
dengan protocol tcp
dari 192.168.0.1/24
ke mana saja, dengan keep-state
ini rule yg bersangkutan langsung di apply ke state table dan ipf
tidak akan ikut campur nggak akan ngecheck ulang lagi validasi. ini terjadi pas pertama kali SYN
paket menyentuh hand shake
server kita.
Sangat delematis kita menggunakan keep-state
, coba kita pikirkan baik2 akan muncul pertanyaan dibenak kita "Oh..kalo gitu ipf hanya mengenal SYN
yg dulu dung, dengan kata lain SYN
pas entry ke state table pertama kali..?", yups memang benar meski ipf
akan close
(idle
)selama 60 detik (1 menit) tapi bukan refresh
. dengan kata lain paket SYN
-nya basi. ini pun berlaku untuk koneksi TCP
selanjutnya misalnya yg lainya (FIN
, XMAS
etc) setelah handshake terjadi.
Untuk masalah diatas tentunya ada solusi tersendiri. dengan penambahan keyword flags
alias menspesifikan flags untuk TCP
. Misalnya:
pass in quick on tun0 proto tcp from any to 192.168.0.1/24 \
port = 23 flags S keep state
Artinya rule diatas akan hanya melihat flags TCP
SYN
saja untuk flags
lainya (FIN
, XMAS
etc) tentunya akan keblock.
Berikut 6 flags TCP:
+----------------------------------+--------------+
|Singkatan dari koneksi TCP/IP | Flags |
+----------------------------------+--------------+
| SYN | S |
| URG | U |
| PUSH | P |
| FIN | F |
| RST | R |
| ACK | A |
+----------------------------------+--------------+
Jika kita menulis flags S
bisa kita tulis S/SUPFRA
. dengan kata lain paket hanya cocok flags
S
. Misalnya:
Jika kita tulis flags S/SA
artinya match dengan S
dan
flags "UPFR"...(1)
Jika kita tulis flags S/SAUP
artinya match dengan S
dan
flags "FR".....(2)
Dalam perjalan paket tersebut tidak jarang terpecah-pecah (fragmention) Untuk mengatisipasi tentunya ipf
telah menyediakan, yaitu dengan keyword keep frags
(tanpa tanda '-'). Misalnya:
pass in quick on xl0 proto tcp from any to 192.168.0.1/32 \
port = 23 flags S keep state keep frags
Keyword return-rst
berguna untuk merespon jika service tidak tersedia. return-rst
hanya berlaku untuk jenis protocol TCP
. Misalnya:
block return-rst in log proto tcp from any to 192.168.0.0/24 \
port = 23
Hasilnya untuk rule diatas adalah connection refused
. Ada keyword return-icmp(jenis_error)
. Misalnya:
block return-icmp(port-unr) in log quick on tun0 proto udp \
from any to 192.168.0.0/24 port = 111
Untuk jenis_error kita pake port-unr
(port unreachable).
Selain respone block
paket spt diatas ipf
menyediakan keyword return-icmp-as-desta
. Misalnya:
block return-icmp-as-dest(port-unr) in log on tun0 proto udp \
from any to 192.168.0.1/24 port = 111
Jika anda ingin mengatur log
, kita bisa gabungkan dengan Syslog
. ada keyword log level
. Misalnya:
block in log level auth.info quick on xl0 from 192.168.0.1/24 to
any port = 22
Jika anda mau mendapatkan informasi log
header gunakan keyword log body
pada proses ini ipf
akan memberikan 128 bytes
pertama dari paket. Untuk mempersingkat/efesiensi rule, kita bisa bikin kelas2 nah dengan mengunakan pasangan keyword head
dan group
. Misalnya:
block out quick on xl0 all head 10 ...(1)
pass out quick proto tcp from any to 192.168.0.1/24 port = \
80 flags S keep state group 10 .......(2)
Jika paket bukan untuk xl0
, make nggak akan match
dengan rule (1) dan rule (2) dan sebaliknya jika match
maka akan dieksekusi rule (2) dan rule2 lainya yg mempunyai keyword group 10
. artinya jika kita mempunyai network yg cukup besar dengan macam2 rule tentunya kita sedikit kewalahan dengan head dan group kita bisa membagi rule tersebut menjadi tree style
. Misalnya:
block out quick on xl0 all head 1 ...(1a)
pass out quick proto tcp from any to 192.168.0.1/24 port = \
80 flags S keep state group 1 .......(2a)
block out quick on xl1 all head 2 ...(1b)
pass out quick proto tcp from any to 192.168.0.2/24 port = \
80 flags S keep state group 2 .......(2b)
Jika ada paket dengan cocok dengan rule (xa) make untuk kelompok rule (xb) akan diabaikan, dan sebaliknya tentunya ini akan menambah efesiensi kerja ipf
kita. Jika kita lakukan traceroute
dari mesin luar ke mesin kita secara default kita mendapatkan hop2 routing tersebut, ada yg menarik dari
ipf
ini salah satunya keyword fastroute
, dengan keyword ini kita bisa menyembunyikan informasi2 hop tersebut. Misalnya:
block in quick on xl0 fastroute proto udp from any to any \
port 33434 >< 33465
Hal ini terjadi karena ada proses penurunan Time To Live (TTL)
dari paket Acknowledging (ACK)
. Catatan:
< : Lebih kecil
> : Lebih besar
= : Sama dengan
<= : Lebih kecil sama dengan
>= : Lebih besar sama dengan
!= : Tidak sama dengan
<> : Kurang dari X, lebih dari X
>< : Lebih besar dari X, kurang dari X