Waduh, menu hari ini tidak ada "Penampakan" yang berarti sepertinya :(, yah...daripada lafer mendingan sikat aja menu dikantin depan saja, tiada lain menunya:
- Nasi putih.
- Mie Goreng.
- Telor Goreng mata sapi.
Memang sejak kecil mungkin gara2 Ex-Sumedang rata2 tradisi makan indomie ini merupakan hal yg lumrah, padahal dilihat dari segi tata boga seh rada aneh. Coba anda lihat antara "Nasi putih" dengan "Mie goreng", keduanya sama2 makanan "Pengenyang" alias kandungan yg terbanyaknya merupakan karbohidrat yg notabene bikin ngantuk atau istilah kelanjutannya "Bikin malas[?]".
Tak heran sering terserang radang tenggorokan, panas dalam dsb, yah pantas saja mulut pada bau bagaikan karbit buat lasan besi :). Tapi apa daya kondisi di sekitar sini seperti itu adanya, gpp yg penting kita imbangi saja dengan buah-buahan dan sayur-sayuran saja. Daripada kita beli makanan gorengan (Bala2, Gehu, Pisgor, tempe goreng dsb), yg banyak mengandung minyak, ya akibat sering menkonsumsi makan ala Indonesia ini saya menderita liver (Penyebab sekitar 30%).
Nah jika kita selidiki lebih lanjut kenapa gorengan bisa mengakibatkan sedemikian jauhnya?, alasan klasik karena minyak goreng dipake berulang-ulang sampe spt oli mesin mobil saja. Coba kl pernah beli makanan di sekitar boromeus atau ITB tukang ayam gorengnya ampun tuh minyaknya.
Saya pernah punya pengalaman pas mau makan kebetulan dengan temen bule dari Aussie, pas liat minyak gorengnya langsung dia mengurungkan diri untuk beli. Ya...itulah keadaan dari penjaja makanan di kita. Bagaimana pun situasi ekonomi mempengaruhi sampai hal terkecil di lingkungan kita, cukup beralasan knp sang tukang ayam goreng demikitan "Ngiritnya", mungkin hal ini para pembaca telah mengetahuinya. Tiada lain ingin dapat untung besar karena terdesak kebutuhannya.